PERHITUNGAN KEMANTAPAN LERENG
Pada suatu kasus
kelongsoran dapat diamati bahwa tanah yang longsor itu bergerak pada suatu
bidang tertentu. Bidang tersebut disebut bidang gelincir (slip surface) atau bidang geser (shear surface). Bentuk bidang gelincir bermacam-macam sebagaimana
telah diuraikan pada jenis-jenis longsoran di atas.
Bilamana terjadi
tanah longsor, berarti kekuatan geser tanah telah dilampaui; yaitu perlawanan
geser pada bidang gelincir tidak cukup besar untuk menahan gaya-gaya yang
bekerja pada bidang tersebut. Karena itu untuk menentukan kemantapan suatu lereng harus
diketahui kekuatan geser tanah pada lereng tersebut.
a.
Kekuatan Geser
Kekuatan
geser tanah dapat dinyatakan secara umum dengan rumus :
s = c’ + (s - u) tan f’ ………………………………………… ( 1 )
dimana :
s = kekuatan geser tanah
s = tegangan normal pada bidang geser
c’ = kemiringan kohesi pada tegangan efektif
f’ = sudut geser pada
tegangan efektif
Untuk mengetahui kekuatan geser di suatu tempat, perlu dilakukan
pengambilan contoh tanah asli dari tempat tersebut dan mengukur c’ dan f’ di laboratorium. Nilai
tegangan air pori (u) dapat ditentukan, misalnya dengan memasang pipa dan
mengukur tinggi air di dalamnya (Gambar 7), selanjutnya perlu ditentukan
tegangan normal (s).
Gambar 7
Sketsa Penentuan
Kekuatan Geser pada Bidang Gelincir
Pada suatu tempat tertentu dalam lereng, nilai c’ dan f’ dapat dianggap
konstan, demikian juga dengan s. Tetapi tegangan air pori biasanya tidak merupakan angka yang konstan.
Pada musim kering mungkin tidak ada tegangan air pori, sedangkan pada musim
hujan tegangan air pori bisa menjadi tinggi.
Dengan demikian cara perhitungan kemantapan lereng harus dapat
memperhitungkan pengaruh tegangan air pori. Satu-satunya cara untuk maksud ini
ialah dengan memakai rumus kekuatan geser sebagaimana pada persamaan (1).
Perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan rumus tersebut disebut “effective stress analysis”, yaitu
berdasarkan pada tegangan efektif.
Sebelum cara ini dipakai, perhitungan kemantapan lereng dilakukan dengan
memakai rumus kekuatan geser s = c + s tan f. Di sini s adalah tegangan total
dan tidak terdapat nilai tegangan air pori. Cara ini disebut “total stress analysis”, yaitu
perhitungan berdasarkan pada tegangan total.
Sekarang telah disetujui secara umum bahwa perhitungan dengan memakai
tegangan efektif lebih dapat dipercaya daripada perhitungan dengan memakai
tegangan total.
b.
Metode Keseimbangan Batas
Cara yang dipakai
untuk menghitung kemantapan lereng ialah cara keseimbangan batas (limit equilibrium method), yaitu dengan
membandingkan kekuatan geser yang diperlukan untuk mempertahankan kemantapan
dengan kekuatan geser yang ada. Dari perbandingan ini akan didapatkan Faktor
Keamanan.
Perhitungan dimulai
dengan menganggap akan terjadi kelongsoran pada bidang gelincir tertentu,
selanjutnya dihitung gaya
atau momen yang menyebabkan kelongsoran pada bidang tersebut (akibat berat
tanah). Ini disebut gaya
penggerak (sliding force) atau momen
penggerak (turning moment). Kemudian
dilakukan perhitungan gaya
atau momen yang melawan kelongsoran (akibat kekuatan geser tanah), ini disebut
momen melawan (resisting moment). Dengan mempersamakan
kedua momen tersebut akan dapat ditentukan faktor keamanan lereng pada bidang
gelincir yang bersangkutan. Cara ini diulangi pada bidang gelincir lain sampai
tercapai nilai faktor keamanan yang terkecil.
Untuk melakukan perhitungan biasanya lereng perlu dibagi dalam sejumlah segmen,
supaya ketidakseragaman tanah dapat diperhitungkan, juga supaya gaya normal
pada bidang geser dapat ditentukan (Gambar 8).
Gambar 8
Sketsa Perhitungan Kemantapan Lereng
Momen
penggerak segmen = W . x
Dimana W = berat segmen
Momen
penggerak seluruhnya = S W x
=
S W R Sin a
=
R S W Sin a
Faktor keamanan (F) adalah perbandingan antara kekuatan geser yang ada
dengan kekuatan geser yang diperlukan untuk menahan kemantapan.
Jadi bila kekuatan geser = s, maka kekuatan geser untuk mempertahankan
kemantapan adalah s/F.
Bilamana S = gaya pada dasar segmen, maka S = s.l / F
Momen melawan segmen =
Momen melawan seluruhnya =
Dengan mempersamakan momen melawan dengan momen penggerak, maka
, sehingga
…………………………………………………. ( 2 )
Untuk menyelesaikan perhitungan faktor keamanan, nilai s pada persamaan (2)
harus diganti dengan rumus kekuatan geser sebagaimana telah diuraikan pada
persamaan (1), sehingga menjadi :
…………………………… ( 3 )
dimana
P adalah gaya normal yang bekerja pada dasar segmen yang bersangkutan.
Nilai W, a, dan l dapat diperoleh
secara langsung untuk setiap segmen, dan nilai c’ dan f’ ditentukan di
laboratorium, nilai tegangan air pori (u) juga dapat diukur di lapangan.
Tinggal nilai P yang belum diketahui.
Gaya normal (P) tidak dapat ditentukan dengan cara menghitung keseimbangan
statis (karena terdapat keadaan statis tidak tertentu), sehingga harus dipakai
suatu cara pendekatan untuk menentukan besarnya P. Perbedaan cara-cara
perhitungan kemantapan lereng yang dikenal sebenarnya didasarkan pada perbedaan
pendekatan yang digunakan dalam perhitungan nilai gaya normal (P).
c.
Metode Ordinary dan Metode Bishop
Ada dua cara yang paling terkenal dalam perhitungan kemantapan lereng yaitu
metode ordinary (disebut juga metode Fellenius) dan metode Bishop. Perbedaan
kedua cara ini dapat dipahami dengan mempelajari gaya-gaya yang bekerja pada
setiap segmen. Gaya En, En+1, Xn dan Xn
+1 (Gambar 8) adalah gaya horizontal dan gaya vertikal yang bekerja pada
batas vertikal segmen. Besarnya gaya ini tidak diketahui.
Pada metode ordinary, besarnya P ditentukan dengan menguraikan gaya-gaya
lain dalam arah garis bekerja P, dengan kata lain dianggap bahwa resultan gaya
pada batas vertikal segmen bekerja dalam arah sejajar dengan dasar segmen,
perhitungannya adalah sebagai berikut :
P = (W + Xn – Xn+1) Cos a - (En – En+1)
Sin a
= W Cos a + (Xn – Xn+1)
Cos a - (En – En+1)
Sin a
Nilai
(Xn – Xn+1) Cos a - (En – En+1) Sin a dianggap sama dengan
nol, sehingga
P = W cos a
P = W cos a
Dengan
demikian, persamaan (3) menjadi :
…………………… (4)
Pada metode Bishop besarnya P diperoleh dengan menguraikan gaya-gaya lain
daripada arah vertikal, dengan kata lain dianggap bahwa resultan gaya-gaya pada
batas vertikal segmen bekerja pada arah horizontal, perhitungannya adalah
sebagai berikut :
Sehingga :
Pada
metode Bishop ini (Xn – Xn+1) dianggap sama dengan nol,
sehingga:
Dengan
mensubstitusikan persamaan di atas ke persamaan (3), didapatkan:
…………..
(5)
Nilai F pada persamaan (5) terdapat di bagian kiri maupun di bagian kanan
persamaan, sehingga untuk menentukan nilai F harus digunakan cara perulangan (iterative), dengan menggunakan suatu
nilai F tertentu sebagai langkah awal perhitungan; nilai F yang dihasilkan dari
perhitungan, selanjutnya digunakan lagi untuk perhitungan berikutnya.
Umumnya diambil nilai F = 1,00 sebagai pedoman awal dalam perhitungan, dan
proses pengulangan (iteration)
dilakukan terus hingga selisih antara nilai F yang dicobakan dan nilai F yang
dihasilkan tidak lebih dari 0,01.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar